Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh angka Rp 16.431 pada Mei lalu dipengaruhi oleh kekecewaan pasar terhadap kondisi perekonomian global. Suku bunga The Fed diperkirakan tidak akan mengalami penurunan sebanyak seperti yang diharapkan pasar. Sebelumnya, pasar memprediksi akan terjadi penurunan sebanyak empat hingga lima kali pada tahun ini. Namun, hingga sejauh ini, Fed Fund Rate (FFR) masih stabil pada posisi 5,5 persen dan tidak menunjukkan tanda akan terjadi penurunan.
Pada kesempatan terpisah, Bank Indonesia (BI) menegaskan komitmennya untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dalam merespons pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akhir-akhir ini, ujar dia, BI telah melakukan intervensi dengan menggunakan cadangan devisa yang saat ini posisinya sebesar 139 miliar dolar AS.
Selain itu, di bawah koordinasi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), BI juga berupaya mempertahankan stabilitas Surat Berharga Negara (SBN) dengan membeli SBN dari pasar sekunder. Selanjutnya, BI memanfaatkan instrumen jangka pendek yaitu Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) guna menarik arus masuk valuta asing dan mengurangi arus keluar dengan tujuan memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah.