Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengungkapkan alasan program “Jemput Gabah” kurang diminati oleh petani. Menurutnya, hal itu karena petani sudah mempunyai hubungan yang baik dan terikat dengan penggilingan kecil yang ada di daerahnya masing-masing. Bayu berpendapat selama ini yang terjadi adalah petani akan menjual gabah mereka ke penggilingan kecil ataupun pengepul dengan kadar air sekitar 25-30 persen. Selanjutnya, para penggilingan kecil ataupun pengepul yang akan menjual ke Sentra Penggilingan Padi (SPP) Bulog.
Kendati, ia menuturkan program Jemput Gabah merupakan sinyal kepada pasar bahwa Bulog siap untuk masuk hingga ke tingkat petani guna menjaga stabilitas harga. Di sisi lain, ia mengatakan pihaknya tetap akan mengadakan dan melanjutkan program Jemput Gabah meskipun minim diminati petani. Perum Bulog mencatat sudah melakukan penyerapan sebanyak 1.050.000 ton gabah kering panen di tingkat petani atau 535 ribu ton setara beras untuk pengadaan beras dalam negeri hingga 19 Mei 2024.
Bayu menyampaikan beras tersebut diserap untuk penguatan cadangan beras pemerintah (CBP). Sebanyak 535 ribu ton merupakan gabungan antara beras yang ditugaskan oleh pemerintah atau public service obligation (PSO) hingga beras komersial. Ia menyebut musim panen raya pada musim tanam pertama atau MT1 akan berakhir dalam dua pekan ke depan. Bulog memprediksi dapat menyerap beras petani sebanyak 600 ribu ton setara beras hingga akhir Mei 2024.